Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasadku,
tetapi jiwaku yang dilindungi benteng Merah Putih akan tetap hidup, akan tetap menuntut bela, siapa pun lawan yang aku hadapi.
Jangan bimbang dalam menghadapi macam-macam penderitaan,
karena makin dekat cita-cita kita tercapai,
makin berat penderitaan yang harus kita alami.
(Jenderal Soedirman)
tetapi jiwaku yang dilindungi benteng Merah Putih akan tetap hidup, akan tetap menuntut bela, siapa pun lawan yang aku hadapi.
Jangan bimbang dalam menghadapi macam-macam penderitaan,
karena makin dekat cita-cita kita tercapai,
makin berat penderitaan yang harus kita alami.
(Jenderal Soedirman)
LATAR BELAKANG
19 Desember 1948.
Siang itu dengan semangat juang tinggi, meski sedang menderita sakit berparu-paru satu, Panglima Besar Jenderal Soedirman bergerak dari rumahnya di Jalan Bintaran Wetan Yogyakarta menuju ke luar kota. Jenderal Soedirman memulai dan memimpin langsung perang gerilya melawan agresi Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia.
Sejarah mencatat dengan tinta emas, selama setengah tahun lebih perang gerilya berkobar. Jenderal Soedirman dan pasukan melewati daerah membentang antara Yogyakarta, Panggang, Wonosari, Pracimantoro, Wonogiri, Purwantoro, Ponorogo, Sambit, Trenggalek, Bendorejo, Tulungagung, Kediri, Bajulan, Girimarto, Warungbung, Gunungtukul, Trenggalek (lagi), Panggul, Wonokarto dan Sobo (memimpin gerilya selama 3 bulan, 28 hari). Baru kemudian dari Sobo menuju Yogyakarta melewati Baturetno, Gajahmungkur, Pulo, Ponjong, Piyungan, Prambanan dan baru pada tanggal 10 Juli 1949 kembali lagi ke Yogyakarta. Dalam keadaan yang serba kekurangan dan kondisi fisik yang lemah Jenderal Soedirman terus dan terus berjuang tanpa kenal menyerah.
Perang gerilya yang dipimpin Jenderal Soedirman telah menjadi inspirasi sejarah Indonesia. Merupakan sumber pelajaran bagi perjalanan generasi sesudahnya. Merupakan gambaran nilai dan semangat luhur dari perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sudah sepatutnya bila generasi sekarang belajar dari sejarah perjuangan dalam perang gerilya.
Untuk itu menjadi kebutuhan mengetahui lebih dalam dan detail tentang bagaimana proses perang gerilya tersebut. Pengetahuan yang selajutnya dapat dikemas dalam media publikasi yang populer sebagai sarana belajar yang menarik. Inilah yang mendorong kami, Jenderal Soedirman Center sebagai lembaga yang didirikan oleh keluarga Jenderal Soedirman, untuk berinisiatif mengadakan suatu rangkaian kegiatan ekspedisi route perang gerilya.
TUJUAN
Mengetahui proses perang gerilya yang dipimpin oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman dengan menelusuri kembali lokasi route perjalanan, mencatat cerita masyarakat di sepanjang route, dan menginvetarisasi peninggalan yang masih ada untuk menggali kembali sejarah perang gerilya sebagai bahan pelajaran bagi penumbuhkembangan nilai-nilai kejuangan generasi sekarang.
KELUARAN
1. Informasi sejarah tentang perang gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman meliputi detail data lokasi route perang gerilya, kejadian yang terjadi di sepanjang route perang gerilya, dan berbagai peningalan sejarah yang berada lokasi route perang gerilya.
2. Penulisan sejarah perang gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman berupa rangkaian peristiwa yang terjadi di dalamnya, penerapan strategi perang gerilya, kepemimpinan Jenderal Soedirman, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Referensi dalam bentuk media populer yang dapat dijadikan sarana bagi pendidikan sejarah generasi sekarang untuk menumbuhkembangkan semangat patriotisme dan nilai-nilai kejuangan.
19 Desember 1948.
Siang itu dengan semangat juang tinggi, meski sedang menderita sakit berparu-paru satu, Panglima Besar Jenderal Soedirman bergerak dari rumahnya di Jalan Bintaran Wetan Yogyakarta menuju ke luar kota. Jenderal Soedirman memulai dan memimpin langsung perang gerilya melawan agresi Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia.
Sejarah mencatat dengan tinta emas, selama setengah tahun lebih perang gerilya berkobar. Jenderal Soedirman dan pasukan melewati daerah membentang antara Yogyakarta, Panggang, Wonosari, Pracimantoro, Wonogiri, Purwantoro, Ponorogo, Sambit, Trenggalek, Bendorejo, Tulungagung, Kediri, Bajulan, Girimarto, Warungbung, Gunungtukul, Trenggalek (lagi), Panggul, Wonokarto dan Sobo (memimpin gerilya selama 3 bulan, 28 hari). Baru kemudian dari Sobo menuju Yogyakarta melewati Baturetno, Gajahmungkur, Pulo, Ponjong, Piyungan, Prambanan dan baru pada tanggal 10 Juli 1949 kembali lagi ke Yogyakarta. Dalam keadaan yang serba kekurangan dan kondisi fisik yang lemah Jenderal Soedirman terus dan terus berjuang tanpa kenal menyerah.
Perang gerilya yang dipimpin Jenderal Soedirman telah menjadi inspirasi sejarah Indonesia. Merupakan sumber pelajaran bagi perjalanan generasi sesudahnya. Merupakan gambaran nilai dan semangat luhur dari perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sudah sepatutnya bila generasi sekarang belajar dari sejarah perjuangan dalam perang gerilya.
Untuk itu menjadi kebutuhan mengetahui lebih dalam dan detail tentang bagaimana proses perang gerilya tersebut. Pengetahuan yang selajutnya dapat dikemas dalam media publikasi yang populer sebagai sarana belajar yang menarik. Inilah yang mendorong kami, Jenderal Soedirman Center sebagai lembaga yang didirikan oleh keluarga Jenderal Soedirman, untuk berinisiatif mengadakan suatu rangkaian kegiatan ekspedisi route perang gerilya.
TUJUAN
Mengetahui proses perang gerilya yang dipimpin oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman dengan menelusuri kembali lokasi route perjalanan, mencatat cerita masyarakat di sepanjang route, dan menginvetarisasi peninggalan yang masih ada untuk menggali kembali sejarah perang gerilya sebagai bahan pelajaran bagi penumbuhkembangan nilai-nilai kejuangan generasi sekarang.
KELUARAN
1. Informasi sejarah tentang perang gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman meliputi detail data lokasi route perang gerilya, kejadian yang terjadi di sepanjang route perang gerilya, dan berbagai peningalan sejarah yang berada lokasi route perang gerilya.
2. Penulisan sejarah perang gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman berupa rangkaian peristiwa yang terjadi di dalamnya, penerapan strategi perang gerilya, kepemimpinan Jenderal Soedirman, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Referensi dalam bentuk media populer yang dapat dijadikan sarana bagi pendidikan sejarah generasi sekarang untuk menumbuhkembangkan semangat patriotisme dan nilai-nilai kejuangan.